"Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus, mendak pisan, mendak pindo dan seribu".
Dalil bisa dilihat di dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193
diperjelas lagi pengakuan dari tokohnya
Dalam buku media Hindu yang berjudul : "Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal" karya : Ida Bedande Adi Suripto, ia mengatakan : "Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu".
Masih ada dalil di bagian lain kitab-kitab Agama Hindu, Mau lebih lengkap klik disini
Memang dalil ini bukan menunjukkan pada ritual tahlilan dan yasinan tetapi lebih pada teknis penentuan hari pelaksanaannya yang bertepatan dengan hari-hari tertentu yang ternyata itu adalah tercantum secara textual di dalam kitabnya Agama Hindu.
Telah jelas bagi kita pada awalnya ajaran ini berasal dari agama Hindu, selanjutnya umat islam mulai memasukkan ajaran-ajaran islam dicampur kedalam ritual ini. Disusunlah rangkaian wirid-wirid dan doa-doa serta pembacaan Surat Yasin kepada si mayit dan dipadukan dengan ritual-ritual selamatan pada hari ke 7, 40, 100, dan 1000 yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Apakah mencampur-campur ajaran seperti ini diperbolehkan??
Iya, campur mencampur ajaran ini tanpa sadar sudah diajarkan dan menjadi keyakinan nenek moyang kita dulu yang ternyata sebagian dari kaum muslimin pun telah mewarisinya dan gigih mempertahankannya.
Lalu apakah kita lebih memegang perkataan nenek moyang kita daripada apa-apa yang di turunkan Allah kepada RasulNya?
Allah berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ
نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ
لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ
”Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah”. Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS
Al Baqoroh ayat 170)Allah berfirman :
وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan janganlah kamu mencampuradukkan Kebenaran dengan Kebatilan dan
janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya" (QS
Al Baqarah 42)Allah subhanahu wa ta'ala menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama islam (kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi kita malah ikut perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh, Apa manusia itu lebih pintar dari Allah???
Selanjutnya Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu".(QS. Albaqoroh : 208).Allah menyuruh kita dalam berislam MENYELURUH, tidak setengah-setengah...
TIDAK SETENGAH HINDU...SETENGAH ISLAM...
Ketika kita mengambil ketetapan hari hari dari ajaran agama hindu juga terkena larangan Allah bertasyabbuh kepada kaum kuffar.
Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir
adalah haram meskipun tidak mempunyai maksud seperti mereka, dengan
dalil hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang tasyabbuh dengan satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud didalam Sunannya dan lainnya)
Hadits ini menetapkan berbagai hal tentang dilarangnya menyerupai orang-orang kafir.
‘Amr bin Syu’aib telah meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ليس منا من تشبه بغيرنا، لا تشبهوا باليهود ولا النصارى
“Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami. Jangan kalian menyerupai yahudi dan nashrani.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خالفوا المشركين، احفوا الشوارب، وأعفوا اللحى
“Selisihilah kaum musyrikin, pendekkanlah kumis dan peliharalah jenggot.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyelisihi kaum musyrikin secara mutlak.
Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Hendaklah kalian berhati-hati dari logat khusus orang-orang
non muslim, dan jangan kalian masuk bersama musyrikin di gereja mereka.”
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma
berkata: “Barangsiapa yang tinggal di negeri kaum musyrikin, melakukan
hari raya niruz (tahun baru masehi persia) dan mahrojan, serta
menyerupai mereka hingga dia meninggal, maka dia akan dikumpulkan
bersama mereka pada hari kiamat.”
Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu
menyaratkan kepada orang kafir untuk tidak menampakkan hari raya mereka
di negeri kaum muslimin. Jika mereka saja dilarang untuk menampakkan
hari raya mereka di negeri kita, maka bagaimana boleh seorang muslim
melakukannya? Ini termasuk perkara yang akan memperkuat keinginan mereka
dan hati mereka untuk menampakkan hari raya mereka. Mereka dilarang
dari hal itu karena mengandung kerusakan, apakah itu maksiat, atau
merupakan syiar orang kafir. seorang muslim dilarang rai itu semua.
Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Jauhilah musuh-musuh Allah dalam agama mereka, sesungguhnya
kemurkaan Allah turun atas mereka. Mencocoki mereka dalam hari-hari raya
mereka termasuk sebab kemurkaan Allah, karena hal itu tidak terlepas
merupakan suatu perkara yang diadakan (muhdats) atau perkara yang
dimansukh.”
Kalau hendak beramal sholeh (mendoakan orang tua) mengapa mesti harus membebek orang Hindu. Apa Rasulmu tidak mengajarimu ajaran yang benar?
Bagi yang masih ngeyel mau mengamalkan terus ajaran Agama Hindu, besok diakhirat silahkan minta pahala pada Dewa Wisnu atau Dewa Brahma, kalau mereka tidak mau memberi pahala minta saja pahalanya sama Betara Kala.
Kitabnya Orang NU saja ternyata melarang upacara selamatan kematian. Gak Percaya? Klik disini
kita jangan perdebatkan yang itu itu melulu.apa gak bosen.kita kembalikan aja pada al qur'an
BalasHapusluna a'maluna walakum a'malakum.perbedaan tidak akan bisa hilang sampai akhirul zaman.semua pegang dalil masing masing.jagalah kerukunan antar muslimin
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih informasi nya. Kita jadi tahu bahwa hal tersebut tidak ada di dalam al quran dan hadist, ada nya dalam kitab agama hindu. berarti itu ajaran agama hindu. Jelas sekali informasi nya. Terima kasih ya.
BalasHapus